Dalam sejarah trading, nama Richard Dennis dikenal sebagai salah satu trader legendaris yang membuktikan bahwa kesuksesan di dunia trading tidak hanya bergantung pada bakat alami, tetapi juga pada disiplin dan strategi. Salah satu warisan paling fenomenalnya adalah The Turtle Strategy, sebuah pendekatan trading yang ia uji bersama murid-muridnya—yang disebut “Turtles”—pada awal 1980-an. Artikel ini akan membahas asal usul, prinsip, dan cara kerja strategi ini.
Asal Usul The Turtle Strategy
Richard Dennis adalah seorang trader komoditas sukses yang percaya bahwa siapa saja bisa diajarkan untuk menjadi trader hebat. Bersama rekannya, William Eckhardt, Dennis mengadakan eksperimen sosial pada 1983. Ia merekrut sekelompok individu dari latar belakang yang beragam, melatih mereka dengan sistem trading sederhana, dan memberi mereka modal untuk diperdagangkan.
Kelompok ini dikenal sebagai “Turtles,” dan eksperimen tersebut membuktikan bahwa strategi yang disiplin bisa menghasilkan keuntungan luar biasa.
Prinsip Dasar The Turtle Strategy
The Turtle Strategy adalah sistem trading berbasis tren (trend-following) yang dirancang untuk memanfaatkan pergerakan harga besar di pasar. Strategi ini mengandalkan breakout dan menggunakan aturan yang jelas untuk entri, keluar, dan manajemen risiko.
Komponen Utama:
- Breakout sebagai Sinyal Entri
Strategi ini menggunakan breakout dari harga tertinggi/terendah dalam periode tertentu (contohnya 20 hari atau 55 hari) sebagai sinyal untuk masuk pasar.- Jika harga menembus level tertinggi dalam 20 hari terakhir, trader membuka posisi buy.
- Jika harga menembus level terendah dalam 20 hari terakhir, trader membuka posisi sell.
- Diversifikasi Pasar
Turtles berdagang di berbagai pasar, seperti komoditas, mata uang, dan indeks, untuk meningkatkan peluang mendapatkan tren besar. - Manajemen Risiko dengan Position Sizing
- Setiap posisi ditentukan oleh volatilitas pasar, diukur dengan ATR (Average True Range).
- Risiko per perdagangan dibatasi hingga persentase kecil dari total modal, biasanya sekitar 1-2%.
- Lot yang diperdagangkan dihitung untuk menjaga risiko tetap terkendali.
- Aturan Keluar (Exit Rules)
- Stop Loss: Posisi dilikuidasi jika harga bergerak melawan arah sebanyak N-unit ATR.
- Exit Tren: Posisi ditutup jika harga kembali ke titik breakout periode sebelumnya (contohnya, breakout 10 hari untuk exit posisi 20 hari).
Keunggulan The Turtle Strategy
- Sederhana namun Efektif
Strategi ini menggunakan aturan yang jelas sehingga mudah diikuti oleh trader pemula maupun berpengalaman. - Berbasis Data dan Tren
Fokus pada tren membuat strategi ini efektif saat pasar bergerak dengan momentum yang kuat. - Manajemen Risiko yang Ketat
Dengan membatasi risiko per perdagangan, strategi ini menjaga kerugian tetap terkendali bahkan saat pasar tidak menguntungkan. - Fleksibilitas di Berbagai Pasar
Strategi ini dirancang untuk diterapkan di berbagai instrumen finansial.
Kelemahan The Turtle Strategy
- Kurang Efektif di Pasar Sideways
Strategi ini bisa menghasilkan banyak kerugian kecil jika pasar tidak menunjukkan tren yang jelas. - Butuh Disiplin Tinggi
Trader harus tetap konsisten mengikuti aturan meskipun menghadapi kerugian beruntun. - Modal Relatif Besar
Diversifikasi di banyak pasar membutuhkan modal yang cukup untuk mendukung posisi di berbagai instrumen.
Mengapa Strategi Ini Tetap Relevan?
Meskipun diciptakan lebih dari tiga dekade yang lalu, The Turtle Strategy masih relevan karena prinsip dasar trend-following tetap berlaku di pasar modern. Dengan sedikit penyesuaian, strategi ini dapat diterapkan pada pasar forex, saham, atau bahkan cryptocurrency.
The Turtle Strategy adalah bukti bahwa kesuksesan trading dapat dicapai dengan pendekatan yang disiplin, manajemen risiko yang ketat, dan fokus pada peluang besar. Bagi trader yang ingin memanfaatkan tren pasar dan memiliki kesabaran untuk menunggu peluang yang sesuai, strategi ini bisa menjadi inspirasi yang berharga.
Seperti kata Dennis, “Trading is not about being right or wrong—it’s about making money when you’re right and minimizing losses when you’re wrong.”