Dari perbincangan itu, saya menyadarkannya tentang satu hal, yakni tentang tak masalah sebenarnya kita menjadi karyawan ataupun pebisnis, karena dua-duanya memiliki esensi yang sama, yakni untuk menjemput rejeki.
Iya, kan?
Dan menjadi karyawan ataupun pengusaha kedua-duanya memiliki risikonya masing-masing. Memiliki kebaikannya masing-masing, sekaligus memiliki kekurangannya masing-masing.
Intinya, dari kedua hal itu, tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk.
Saya tidak mau terjebak pada sebuah saran yang menyesatkan. Karena saya yakin, siapa pun, bila memiliki kesiapan dan Tuhan sudah mengizikan, pasti akan bertemu dengan jalan kesuksesannya sendiri. Bila waktu itu belum tiba, kita hanya bisa belajar dan terus berdoa, berusaha semampunya, hingga waktu itu tiba dari-Nya.
Intinya sih, saya tidak mau ikut-ikutan aliran yang justru menyesatkan dengan menyuruh keluar kerja sekarang juga. Karena resign adalah sebuah keputusan besar, dan itu harus dikonsultasikan dengan pasangan, istri, anak, keluarga, dan orang-orang yang memang memiliki ‘kebajikan’ lebih.
Sama seperti, bila ingin karier kita bagus, sering-seringlah berkonsultasi dengan atasan. Bila ingin menjadi pengusaha, ya banyak-banyak saja berkonsultasi dengan orang-orang yang sudah terjun duluan di bidang itu. Karena pada dasarnya, sSemua pekerjaan, apakah itu sebagai pengusaha atau karyawan, memiliki risikonya sendiri. Risikonya rata-rata sama besarnya. Ibaratnya, menjadi karyawan ataupun pengusaha pasti akan sama-sama bisa makan, Bedanya, bisa makan layak atau tidak.

Nih, misalnya. Dengan menjadi karyawan, akankah memiliki risiko bisa makan enak? Bisa saja, asalkan bekerja di perusahaan bonafid dan memiliki etos kerja yang baik, sehingga karier terus naik.
Lalu, bagaimana dengan menjadi pengusaha? Apakah bisa makan layak dan enak juga? Kondisinya sama juga. Asalkan berhasil mengelola bisnisnya dengan baik, pasti bisa makan enak dan layak. Akan tetapi, itu juga membutuhkan kerja keras.
Nah, intinya, semuanya memerlukan kerja keras pada setiap sesi episode kehidupan kita masing-masing.
Namun, yang harus menjadi catatan adalah, berhati-hatilah dan jangan gegabah karena terlalu bersemangat menjadi pengusaha.
Ada cara yang cenderung lebih aman dan masuk akal.
Caranya adalah dengan membuat bisnis selagi masih menjadi karyawan. Kelola baik-baik. Bekerjalah dengan serius. Nah, nantinya, tinggalkan dunia karyawan ketika bisnismu memang mulai memberikan penghasilan lebih gede dari gaji bulanan di kantor tempatmu bekerja. Karena kita tanpa penghasilan tidak akan menjadi siapa-siapa.
Setelah itu semua terjadi, kamu baru boleh memecat bosmu! Maksudnya, kamu sudah menjadi bos sendiri di perusahaanmu sendiri. Hehehe.

Logikanya gampang-gampang saja menurut saya. Kalau kamu bisa mengelola sebuah bisnis sambilan dengan hasil besar, padahal statusnya sambilan, apalagi kalau kamu fokus ke bisnismu itu. Tentu akan memberikan hasil yang lebih besar!
Jika hal itu sudah terjadi, ngapain lagi harus ragu untuk meninggalkan profesi lama, lalu fokus menjadi pengusaha untuk meningkatkan penghasilanmu yang sudah berlipat dibandingkan dengan gajinya sebagai karyawan?
Yuk pecat bosmu sekarang.